Cinta dan wanita, dua kata yang seakan tak terpisahkan. Itu bukan karena cinta hanya milik wanita, namun lebih karena kesalahan banyak orang mempersepsikan makna cinta.
Seringkali cinta dipahami dan digambarkan sebagai ungkapan perasaan kasih sayang antar lawan jenis yang dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk tanpa memandang batas-batas yang telah digariskan oleh agama. Atas nama cinta dan kasih sayang banyak orang akhirnya terjerumus dalam kemaksiatan dan kemungkaran.
Adalah media massa yang memberikan andil cukup besar dalam menyebarkan paham cinta yang menyimpang ini. Tema-tema tulisan di berbagai majalah dan tabloid, lirik-lirik lagu sampai berbagai acara yang ditampilkan oleh televisi selalu didominasi dan mengekspos kata cinta. Cinta yang selalu digambarkan adalah ikatan dan jalinan kasih antar dua pasangan dengan berbagai kisah yang mengirinya. Kisah-kisah asmara ditampilkan dalam berbagai kemasan yang mampu menyihir masyarakat untuk larut terbawa perasaannya dibuai cerita cinta. Maka kemudian muncullah istilah pergaulan yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam ajaran Islam. Pacaran, pergaulan bebas, free sex dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya menjadi suatu hal yang dianggap biasa dan wajar bahkan menjadi bagian dari life style atau gaya hidup.
Seorang remaja putri misalnya, akan merasa minder dan tidak pede kalau belum memiliki pacar (teman lawan jenis). Tema-tema pembicaraan dikalangan mereka dan wanita pada umumnya tidak banyak beranjak dari tema-tema mebicarakan pria idaman dan pria tampan. Tidak menjadi pemandangan yang aneh bila sekarang kita menyaksikan wanita dan pria yang bukan mahram duduk atau berjalan-jalan berduaan dengan mesra sebagai wujud mengekspresikan apa yang mereka sebut dengan cinta. Bahkan aktivitas untuk saling mengungkapkan rasa cinta ini kemudian dilembagakan dalam berbagai bentuk acara dan ceremonial seperti hari Valentine dan berbagai kegiatan sejenisnya.
Cinta sesungguhnya adalah karunia dari Allah yang ia tanamkan pada diri hamba-hamba-Nya. Ia adalah ungkapan dan curahan perasaan hati terhadap suatu obyek yang ia senangi dan sukai. Al-Qur'an Al-Karim menjelaskan bahwa puncak kecintaan seorang hamba adalah manakala hatinya telah terpaut pada Allah SWT sebagai sumber cinta dan kasih sayang. Maka Allah SWT memberi julukan bagi orang-orang yang menyatakan keimanan kepada-Nya sebagai pencinta sejati. Firman-Nya:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165)
Demikianlah Islam menjelaskan hakekat cinta sejati. Pecinta sejati adalah mereka yang memberi rasa cinta itu karena Allah SWT . Memberinya pada sesuatu yang dicintai Allah SWT . Dan menyalurkannya sesuai dengan ketentuan Allah SWT . Ikatan cinta inilah yang akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Bukan cinta yang lahir dari hawa nafsu, yang membawa pemiliknya pada mimpi-mimpi indah yang semu.
Cinta yang hakiki adalah ikatan cinta yang lahir dan dibangun untuk mendapatkan cinta yang kekal dan abadi. Ia tumbuh dalam diri orang-orang yang merindukan pertemuan dengan-Nya. Mereka yang merindukan untuk berkumpul bersama orang-orang yang telah mendapat cinta dan ridho-Nya, dalam surga yang penuh kenikmatan. Maka, pecinta sejati tidak akan begitu mudah menghambur-hamburkan rasa cintanya untuk mengejar kenikmatan sesaat. Dan ia tidak akan mudah tertipu oleh bujuk rayu.
Pecinta sejati adalah mereka yang telah menadzarkan hidupnya untuk menggapai ketinggian dan kemuliaan. Walau terkadang itu harus dilalui dengan penderitaan dan ribuan pengorbanan. Pecinta sejati tidak pernah kehilangan rasa rindu, karena hatinya selalu terikat dengan sumber cinta. Ia juga tidak pernah merasa sepi, karena hatinya selalu hidup mengingat-Nya.
Cinta sejati, cinta inilah yang ditunjukkan ummul mukminin khodijah ketika mendampingi Rasulullah SAW suami yang sangat dicintainya. Kecintaannya yang tinggi terhadap Allah SWT,,, Rasul-Nya dan dakwah di jalan-Nya, menjadikannya sebagai sosok wanita teladan dalam perjuangan. Ia rela mengorbankan harta dan jiwanya, mendukung perjuangan Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam ke tengah-tengah manusia.
Seringkali cinta dipahami dan digambarkan sebagai ungkapan perasaan kasih sayang antar lawan jenis yang dapat diekspresikan dalam berbagai bentuk tanpa memandang batas-batas yang telah digariskan oleh agama. Atas nama cinta dan kasih sayang banyak orang akhirnya terjerumus dalam kemaksiatan dan kemungkaran.
Adalah media massa yang memberikan andil cukup besar dalam menyebarkan paham cinta yang menyimpang ini. Tema-tema tulisan di berbagai majalah dan tabloid, lirik-lirik lagu sampai berbagai acara yang ditampilkan oleh televisi selalu didominasi dan mengekspos kata cinta. Cinta yang selalu digambarkan adalah ikatan dan jalinan kasih antar dua pasangan dengan berbagai kisah yang mengirinya. Kisah-kisah asmara ditampilkan dalam berbagai kemasan yang mampu menyihir masyarakat untuk larut terbawa perasaannya dibuai cerita cinta. Maka kemudian muncullah istilah pergaulan yang sebelumnya tidak pernah dikenal dalam ajaran Islam. Pacaran, pergaulan bebas, free sex dan berbagai bentuk penyimpangan lainnya menjadi suatu hal yang dianggap biasa dan wajar bahkan menjadi bagian dari life style atau gaya hidup.
Seorang remaja putri misalnya, akan merasa minder dan tidak pede kalau belum memiliki pacar (teman lawan jenis). Tema-tema pembicaraan dikalangan mereka dan wanita pada umumnya tidak banyak beranjak dari tema-tema mebicarakan pria idaman dan pria tampan. Tidak menjadi pemandangan yang aneh bila sekarang kita menyaksikan wanita dan pria yang bukan mahram duduk atau berjalan-jalan berduaan dengan mesra sebagai wujud mengekspresikan apa yang mereka sebut dengan cinta. Bahkan aktivitas untuk saling mengungkapkan rasa cinta ini kemudian dilembagakan dalam berbagai bentuk acara dan ceremonial seperti hari Valentine dan berbagai kegiatan sejenisnya.
Cinta sesungguhnya adalah karunia dari Allah yang ia tanamkan pada diri hamba-hamba-Nya. Ia adalah ungkapan dan curahan perasaan hati terhadap suatu obyek yang ia senangi dan sukai. Al-Qur'an Al-Karim menjelaskan bahwa puncak kecintaan seorang hamba adalah manakala hatinya telah terpaut pada Allah SWT sebagai sumber cinta dan kasih sayang. Maka Allah SWT memberi julukan bagi orang-orang yang menyatakan keimanan kepada-Nya sebagai pencinta sejati. Firman-Nya:
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165)
Demikianlah Islam menjelaskan hakekat cinta sejati. Pecinta sejati adalah mereka yang memberi rasa cinta itu karena Allah SWT . Memberinya pada sesuatu yang dicintai Allah SWT . Dan menyalurkannya sesuai dengan ketentuan Allah SWT . Ikatan cinta inilah yang akan melahirkan ketenangan, kedamaian dan kebahagian. Bukan cinta yang lahir dari hawa nafsu, yang membawa pemiliknya pada mimpi-mimpi indah yang semu.
Cinta yang hakiki adalah ikatan cinta yang lahir dan dibangun untuk mendapatkan cinta yang kekal dan abadi. Ia tumbuh dalam diri orang-orang yang merindukan pertemuan dengan-Nya. Mereka yang merindukan untuk berkumpul bersama orang-orang yang telah mendapat cinta dan ridho-Nya, dalam surga yang penuh kenikmatan. Maka, pecinta sejati tidak akan begitu mudah menghambur-hamburkan rasa cintanya untuk mengejar kenikmatan sesaat. Dan ia tidak akan mudah tertipu oleh bujuk rayu.
Pecinta sejati adalah mereka yang telah menadzarkan hidupnya untuk menggapai ketinggian dan kemuliaan. Walau terkadang itu harus dilalui dengan penderitaan dan ribuan pengorbanan. Pecinta sejati tidak pernah kehilangan rasa rindu, karena hatinya selalu terikat dengan sumber cinta. Ia juga tidak pernah merasa sepi, karena hatinya selalu hidup mengingat-Nya.
Cinta sejati, cinta inilah yang ditunjukkan ummul mukminin khodijah ketika mendampingi Rasulullah SAW suami yang sangat dicintainya. Kecintaannya yang tinggi terhadap Allah SWT,,, Rasul-Nya dan dakwah di jalan-Nya, menjadikannya sebagai sosok wanita teladan dalam perjuangan. Ia rela mengorbankan harta dan jiwanya, mendukung perjuangan Rasulullah SAW untuk menyebarkan Islam ke tengah-tengah manusia.
Komentar