Langsung ke konten utama

Tanenji mengajari kita bercermin. atau cermin yang mengajari kita?

Pada sebuah pelatihan guru se-Sumatera Selatan di kota Palembang medio Januari 2010 yang lalu, agar peserta tetap “fresh” di saat sesi setelah makan siang sekitar pukul 13.00, saat di mana peserta mempunyai potensi yang tinggi untuk mengantuk, saya mengajak mereka dalam sebuah aktivitas singkat.

Saya meminta kepada mereka berbaris dan saling berhadap-hadapan. Mereka harus dipastikan saling berpasang-pasangan –tidak harus pria-wanita lho–. Setelah itu peserta yang berada pada sebelah kiri saya dipersilahkan untuk olahaga sejenak dengan menggerakkan anggota tubuh atau aktivitas bercermin (ada prosesi memakai bedak, lipstik, menyisir rambut, merapikan baju, dll.). Kemudian peserta pada barisan yang sebelah kanan menjadi cerminnya alias mengikuti gerakan orang yang bercermin tadi. Setelah durasi 5, 10, atau 15 menit mereka bergantian.

Saya yakin banyak aktivitas singkat yang dapat dilakukan oleh guru, dosen, atau trainer dalam proses pembelajaran, perkuliahan, atau pelatihannya agar para peserta tetap dalam kondisi fit sehingga tujuan yang terencanakan dapat dicapai. Dalam bahasa “public speaking” seseorang dapat melakukan 3 hal dalam 3 tahapan proses pembelajaran. Pertama adalah “ice breaking”, kedua: “energizer”, dan ketiga: closing power. Demikian seperti yang pernah diungkapkan oleh Tubagus Wahyudi, pakar public speaking dan hipnoterapi, pendiri sekaligus pengajar utama Kahfi Al-Karim Public Speaking School Bintaro Jakarta-Selatan.

Kembali kepada aktivitas bercermin, secara filosofis banyak hal dan makna yang dapat diungkap dari kegiatan ini. Salah satunya adalah bahwa seorang pemimpin dan yang dipimpin harus kompak. Tentunya pemimpin dengan kapasitas yang mengayomi. Pemimpin yang mempunyai sifat 3 ER: BENER, PINTER, dan KOBER. 2 ER pertama saya yakin pembaca sudah banyak yang mengetahuinya. Sedangkan ER terakhir yakni KOBER, adalah seorang pemimpin mempunyai kesempatan untuk dapat mendengarkan aspirasi rakyatnya. Seorang pemimpin yang dapat menyambangi anak buahnya. Bukan malah sebaliknya. Banyak pemimpin yang susah ditemui, sangat birokratis sekali bila ingin menemuinya.

Atau makna lain yang dapat dikemukakan adalah bahwa seseorang harus menjadi diri sendiri. Be your self, begitu kata orang yang menggunakan Bahasa Inggris. Karena nyatanya memang menjadi orang lain itu menyusahkan hehe. Saya yakin masih banyak makna lainnya. Pokoke Anda bisa mengembangkan filosofi, makna, dan hikmahnya. Ok? Wallahu a’lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berlian yang perlu diketahui..

berlian terdalam gunung berapi yang juga mengandung atom dan karbon. Yang memang pada kenyataannya berlian merupakan kristal transparan yang mengikat empat bagian karbon atom. Batu berlian terbawa kepermukaan bumi melalui letusan volkanik. Menurut penelitian, naiknya berlian kepermukaan bumi dikarenakan batu yang mencair. Berlian dikembangkan dari bermil-mil bagian dalam permukaan bumi, pada kerendahan 150 km (90 mil), pada tekanan kira-kira 5 giga pascal dengan temperatur sekitarnya 1200 derajat celcius (2200 derajat Fahrenheit). Berlian bisa menjadi bentuk alami lain sesuai tingginya tekanan, secara relatif pada saat temperatur rendah. Namun sangat disayangkan berlian tidak bisa terbentuk dari bawah laut. Sejak zaman purbakala bahkan pada saat penamaan berlian itu sendiri, berlian terkenal sebagai material yang paling keras ke tiga setelah ‘Aggregated diamond nanorods’ dan ‘Ultrahard Fullerite’. Menurut sejarahnya, nama berlian itu sendiri diambil dari bahasa Yunani kuno yang arti...

Prof Dr Muhammad Quraish Shihab

Menikahlah dengan Mempertimbangkan Agama Penjelasannya menyejukkan. Begitulah Prof Dr M Quraish Shihab. Pakar tafsir termasyhur ini berusaha tak menggurui, bahkan, memvonis mereka yang mengajukan permasalahan. Dengan kekayaan keilmuan yang dimilikinya, ia selalu memberikan tawaran alternatif. Bila ada pendapat yang lebih kuat, ia hanya mengatakan, ''Saya cenderung memilih pendapat ulama A atau B''. Kendati demikian, tak berarti ia kehilangan ketegasan. Menghadapi masalah yang helas halal atau haram, ayah lima anak ini, akan tegas menyatakannya langsung. Ia, bahkan, tak akan bergeming. Lantas, bagaimana pandangannya terhadap masalah khilafiyah seperti menikah beda agama? Pria yang hapal Alquran ini mengimbau agar melihat konteks suatu ayat saat diturunkan. ''Dalam ayat yang membolehkan dan melarang nikah beda agama, kita harus jeli membaca latar belakang ayat tersebut turun. Bila tidak, kita akan terjerumus dalam perdebatan masalah-masalah sepele yang h...

6 Sifat Wanita yang Tidak Bagus

1. Al -Anaanah ... Banyak keluh kesah. Yg selalu merasa tak cukup, apa yg diberi semua tak cukup. diberi rumah tak cukup, diberi motor tak cukup, diberi mobil tak cukup, dll. Tak redha dg pembelaan dan aturan yg diberi suami. Asyik ingin memenuhi kehendak nafsu dia saja, tanpa memperhatikan perasaan suami, tak hormat kepada suami apalagi berterima kasih pada suami. Bukannya hendak menolong suami, apa yg suami beri pun tak pernah puas. Ada saja yg tak cukup. 2. Al-Manaanah ... Suka mengungkit. Kalau suami melakukan hal yg dia tak berkenan maka diungkitlah segala hal tentang suaminya itu. sangat senang hendak membicarakan suami: tak ingat budi, tak bertanggungjawab, tak sayang dan macam-macam. Padahal suami sudah memberi perlindungan macam2 padanya. 3. Al-Hunaanah ... Ingin pada suami yg lain atau berkenan kpd lelaki yg lain. Sangat suka membanding-bandingkan suaminya dg suami/lelaki lain. Tak ridho dg suami yg ada. 4. Al- Hudaaqoh ... Suka memaksa. Bila h...